Bisnis Batik Bali lesu, banyak pabrik batik tutup

BNN Denpasar:

Batik merupakan komoditi yang terbesar untuk barang eksport di Bali dibandingkan produk lainnya, bahkan pangsa pasar Batik Indonesia khususnya Batik Bali sudah tersebar di seluruh penjuru dunia.

Tidak hanya yang di produksi di Bali, produksi Batik yang di Jawapun juga di cari oleh para konsumen mancanegara.

Namun saat ini produksi Batik Bali mengalami kemorosotan, dibuktikan banyaknya pabrik-pabrik produksi batik yang gulung tikar alias bangkrut.

Dari informasi yang di himpun BALI NASIONAL NEWS di Denpasar , kebanyakan pabrik yang tutup itu adalah pabrik-pabrik kecil yang sudah tidak sanggup lagi untuk terus produksi, apalagi dengan menyuntik tambahan modal untuk tetap bertahan, karena mahalnya bahan baku pembuatan Batik, sementara daya jualnya di pasaran harganya tidak ikut terkatrol meski harga-harga bahan bakunya terus melonjak naik. Disamping itu keadaan pasar memang lagi lesu, dan order juga belum ada yang masuk.

Istiono (39 tahun) asal Banyuwangi salah satu pengusaha yang menjual bahan baku pembuatan batik, Toko Warna Makmur yang berada di seputaran Pulau Bungin yang ditemui di rumahnya pada beberapa waktu silam mengungkapkan, tutupnya pabrik-pabrik batik itu karena semakin mahalnya harga bahan baku pembuatan batik sedang harga penjualannya masih tetap harga lama, apalagi situasinya memang masih sepi, jadi akan menemui kesulitan kalau tetap bertahan, karena biaya hidup juga tidak murah. Menurutnya dari pada tetap bertahan dengan pengeluaran yang tidak sedikit, mungkin lebih baik tutup untuk sementara waktu, hingga keadaan kembali seperti semula.

“memang banyaknya pabrik-pabrik batik tersebut tutup, dikarenakan harga bahan-bahan pembuatan batik yang terus merangkak naik tapi harga jualnya gak ikutan naik, apalagi sekarang keadaannya lagi lesu dan sepi order, ya mungkin lebih baik tutup dulu untuk sementara waktu, nanti kalau keadaannya sudah stabil kan masih bisa produksi lagi,” ungkapnya diplomatis, toko saya aja sudah dua bulan ini mas mengalami penurunan dalam penjualan,” imbuhnya.

Sementara di tempat terpisah Toko Warna Jaya yang menjual bahan baku pembuatan batik dan yang terletak di jalan Batanta 35 Denpasar, sehari-harinya biasanya selalu ramai pengunjung, juga tampak agak sedikit lengang dari para pembeli, dari penuturan Andung BL, Manager toko tersebut kepada BALI NASIONAL NEWS, ketika di singgung banyaknya pabrik batik yang tutup dan sepinya pengunjung , juga tidak jauh berbeda penjelasannya dengan Istiono, sepinya pembeli juga karena memang keadaannya lagi sepi order, sehingga pembelian agak sedikit menurun, tapi sebulan lagi sudah pulih lagi karena menjelang Natal dan Tahun Baru biasanya situasinya ramai.

”Saat ini memang sepi mas, tapi biasanya menjelang Natal dan Tahun Baru sudah normal lagi situasinya,” jelasnya, kalau saat ini banyak pabrik yang harus tutup, mungkin hal tersebut jauh lebih baik, dari pada terus produksi dengan bahan baku yang harganya terus merangkak naik, tapi harga jualnya masih dengan harga lama, ya kasihan mas ? imbuhnya mengakhiri percakapannya dengan BNN, karena mau tutup tokonya.

Hal serupa juga dikemukakan Budi Prasetio pengusaha batik asal Solo yang memproduksi berbagai motif batik, penceluan, printing, hand painting, batik stamp dan motif-motif lainnya kepada BNN di pabriknya di bilangan sesetan , bahwa keadaan lagi lesu untuk bisnis di Bali, kalaupun dia masih produksi, ini adalah penyelesaian order yang lama, dan untuk order yang baru saat ini belum ada yang masuk,

”ya biasa mas, keadaannya emang lagi sepi, ini order lama ko’, untuk order yang baru belum ada yang masuk, mudah-mudahan Desember ini orderan sudah masuk semua mas? harapnya dengan mimik serius.(Roelly R)
SUKSESKAN PEMILU 2024 MENUJU INDONESIA RAYA
Terima kasih atas Kunjungan anda, Mohon tinggalkan Komentar

Recent Posts