Mengendalikan hawa nafsu memang memerlukan
perjuangan (riyadhah) yang amat
berat. Sebab orang yang mampu berbuat seperti itu, seumpama orang yang sedang
berperang melawan musuh kuat yang seimbang dengan dirinya. Karena sebenarnya
musuh yang sedang diperangi seakan-akan dirinya sendiri, itu sebabnya dalam
pertempuran tersebut terlihat keadaannya banyak serinya dibandingkan kalah
menangnya. Di sini manusia masih banyak toleransinya terhadap dirinya ketimbang
mengalahkan atau mengusir keinginan-keinginan nafsu dalam berlezat-lezatan
mengenai makanan atau kesenangan lainnya yang sesungguhnya akan mengakibatkan
kemudharatan pada dirinya.
Menuruti hawa nafsu bisa mengalihkan raja menjadi
seorang hamba. Dan seorang hamba yang sabar bisa menjadikan dia seorang raja.
Tidakkah kita ingat kisah Yusuf a.s. dan Zulaiha. Setelah ia sabar dengan
penderitaannya yang cukup lama, akhirnya ia menjadi raja Mesir. Sementara
Zulaiha sendiri mengalami penderitaan, akibat menanggung cinta yang amat dalam
terhadap Yusuf. Samapai kemudian ia menjadi hina, rendah bahkan matanya menjadi
buta, padahal tadinya ia adalah wanita cantik lagi terhormat sebagai istri
seorang pembesar.
Para sahabat ketika pulang dari melawan orang-orang
kafir mereka berkata, “Kita kembali dari perang kecil menuju perang besar.”
Melawan hawa nafsu dan syaitan merupakan perang
besar. Sebab perang tersebut terjadi pada setiap waktu dan detik tanpa mengenal
usai, musuhnyapun tidak kelihatan, sementara perang dengan orang kafir, hanya
sewaktu-waktu dan kelihatan.
Perang melawan syaitan, syaitan sendiri memiliki
bala tentara dari luar maupun dalam diri kita, sedangkan orang kafir tidak
memiliki pembantu didalam diri kita. Orang kafir dapat dibunuh, sementara
syaitan tidak dengan mudah. Jika syaitan berhasil membunuh kita dalam arti
menggelincirkan kita ke lembah kemusyrikan, maka kita mendapat celaka, yaitu
siksa yang kekal dari Alloh Swt, sementara orang kafir yang membunuh kita, maka
kita akan memperoleh surga dengan gelar syuhada. Ingat Kematian !!
Maka ada seorang ahli ma’rifat menerangkan bahwa jihad itu ada tiga macam:
1. Berjuang
(jihad) menghadapi orang kafir dimedan perang, ini jihad secara lahiriah.
Sebagaimana Alloh berfirman. “Mereka
berjuang di jalan Alloh…” (QS. 5;54)
2. Jihad
terhadap perkara yang bathil, melawan dengan hujjah (argumentasi yang benar) sesuai dengan firman Alloh. “Dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih
baik…”(QS. 16;125)
3. Jihad
melawan hawa nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan, sesuai dengan firman
Alloh Azza wa Jalla. “Dan orang-orang
yang bersungguh-sungguh (berjuang) dijalan Kami, sungguh akan kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan kami…” (QS. 29;69)\
Nabi saw, bersabda, “Jihad yang paling utama ialah jihad melawan hawa nafsu.”
Wahai saudaraku seiman, hendaknya begitulah sikap
seorang muslim, selalu intropeksi diri dalam melaksanakan tugas –tugas yang
akan diembannya dalam keseharian hidupnya. Sehingga seorang muslim sejati
senantiasa memperhatikan skala prioritas amal, mana yang hendak didahulukan,
mana yang dapat ditangguhkan, itu semua tergantung situasi dan kondisi.
Namun itu dapat dilakukan sepanjang tidak membawa
dampak buruk terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya. (Roelly R - Hamba yang selamat dari
tipu daya musuhnya – Ibnu Hasan Bisri At-Turjani/Suprayitno, B.A.M, MBA)